Kamis, 10 September 2009

Whip Spider: Pemangsa di Kegelapan

Whip spider atau Amblypygi dikenal dengan nama kalacemeti. Hewan ini nampaknya paling mudah ditemukan di gua. Beberapa jenis yang lainnya ditemukan di bawah batuan, dalam celah, atau pada kulit kayu yang lapuk. Ukuran mereka bervariasi, tergantung dari jenis. Di Jawa ditemukan 2 famili, meliputi Charontidae dan Charinidae. Jenis yang besar, Charon grayi, lazim ditemukan di gua-gua di kawasan Gunung Kidul. sedangkan kerabatnya Stygophrynus dammermani dapat dijumpai di gua-gua Menoreh, Gombong, dan Jawa Barat. Jenis baru, Stygophrynus sunda Rahmadi&Harvey 2008, dideskripsi dari Ujung Kulon dan beberapa pulau di sekitarnya. Tidak seperti kerabat dekatnya, S. dammermani yang hidup di gua, jenis ini ditemukan di bawah batuan dalam kawasan kapur yang sempit (Rahmadi dan Harvey 2008).
Dalam ekosistem gua yang serba terbatas, Amblypygi talah beradaptasi sedemikian rupa sehingga mereka dapat bertahan. Pasangan tungkai pertama termodifikasi menjadi alat peraba, sehingga menjadi jauh lebih panjang, memiliki banyak ruas, dan dilengkapi rambut-rambut halus (trichobotria). Kaki antena semacam itu berfungsi untuk menangkap partikel-partikel yang dihasilkan mangsa, sehingga kalacemeti mampu mendeteksi adanya mangsa yang mendekat, meskipun organ sensoris tidak dapat berfungsi sama sekali.

Gambar: Stygophrynus dammermani

Yang sering kita temui di kebun: wood spider

Jika Anda berjalan-jalan ke kebun, seringkali bertemu dengan laba-laba besar berwarna hitam dengan pola tertentu berwarna kuning muda sedang beristirahat di tengah-tengah jaring berbentuk piringan. Itulah wood spider (Genus Nephila, Fam. Nephilidae), di Indonesia sepertinya masuk dalam spesies N. maculata. Seperti pada beberapa jenis lainnya, laba-laba jantan memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih kecil. Biasanya dapat ditemukan di dalam satu sarang (jaring-red), warna tubuhnya merah.

Jenis ini memiliki racun yang potensial menimblkan rasa sakit, tetapi tidak sampai mengakibatkan kematian pada manusia. Racun tersebut, yang disuntikkan dari alat mulut yang menyerupai cakar (atau disebut chelicera) berfungsi melumatkan bagian dalam tubuh mangsanya; hingga menjadi cairan yang akan dihisap. Sering pula serangga yang terjebak dalam jaringnya (biasanya belalang, capung, dan serangga terbang lainnya) dibalut dengan benang yang dihasilkan oleh organ di bagian belakang perutnya, disebut spineret. Ini adalah bentuk penyimpanan makanan pada laba-laba, untuk menjaga agar mangsa tidak melepaskan diri.

Tentang Arachnids


Arachnids, atau dalam dunia ilmu pengetahuan disebut Arachnida, adalah salah satu kelas dalam Filum Arthropoda. Mareka memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- tubuh terdiri cephalothoraks (kepala-dada) dan abdomen (perut), kedua bagian dapat dibedakan dengan jelas, kecuali pada Acari,
- memiliki empat pasang tungkai,
- alat mulut berupa sepasang penghisap, memiliki kelenjar racun untuk melumatkan mangsanya.
Anggota Aracnida meliputi:
1. Laba-laba (Araneae)
2. Tungau dan caplak (Acari)
3. Kalajengking (Scorpiones)
4. Kalacemeti (Amblypygi)
5. Kalacuka (Uropygi)
6. Harvestmen dan daddy long legs (Opiliones)
7. Kalajengking palsu (Pseudoscorpion)
8. dan beberapa ordo minor lainnya.
Mereka hidup diberbagai habitat, tetapi sebagian besar di darat; beberapa hidup sebagai parasit pada hewan, tumbuhan, dan manusia. Sebagian besar arachnids adalah predator, sedangkan yang lainnya adalah parasit dan pemakan sampah. Sebagai pemangsa, arachnid memiliki mangsa yang bervariasi, meliputi serangga dan Arthropoda lainnya, hingga burung dan Amphibi.
Beberapa orang menganggap laba-laba dan kalajengking sebagai serangga, padahal mereka sangat berbeda. Perbedaan itu antara lain terletak pada pembagian ruas tubuh (serangga terdiri dari kepala, troraks, dan perut), jumlah pasangan tungkai (serangga memiliki 3 pasang tungkai), dan adanya antena pada serangga. Pemahaman yang praktis mengenai ciri-ciri morfologi Arthropoda penting untuk dapat membedakan mereka berdasarkan aspek taksonomis.
Manusia terkadang menganggap hewan-hewan itu berbahaya, mungkin karena penampilan mereka yang menakutkan. Faktanya hanya sebagian kecil dari mereka yang memiliki racun yang berbahaya bagi manusia, dan dapat menimbulkan kematian. Sebut saja laba-laba janda (Latrodectus sp) yang ditakuti di Amerika. Di Indonesia sendiri beberapa scorpion yang sengatannya menimbulkan rasa sakit. Laba-laba katel (Theraphosidae) juga dapat menimbulkan gigitan yang menyakitkan, tetapi tidak ada laporan kematian oleh gigitan laba-laba besar ini.