Sabtu, 10 April 2010

Reproduksi pada bangsa laba-laba dan kerabatnya

Semua makhluk hidup memiliki mekanisme untuk mempertahankan eksistensi spesiesnya. Melalui mekanisme yang disebut reproduksi, spesies-spesies bertahan dari kepunahan. Keturunan hanya akan terjadi jika individu-individu yang melangsungkan perkawinan merupakan spesies yang sama.

Tidak perlu berpanjang lebar membahas reproduksi makhluk hidup secara umum, langsung pada pembahasan mengenai perkembangbiakan pada laba-laba dan kerabatnya. Secara umum dapat dikatakan Arachnida bereproduksi secara seksual dengan fertilisasi bersifat internal, sama seperti pada manusia. Hanya saja perlu diketahui bahwa proses yang berlangsung tidak sama dengan reproduksi pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya. Pada laba-laba dan arachnid lainnya, sperma individu jantan dimasukkan ke dalam tubuh individu betina dengan tidak menggunakan organ genital jantan. Dengan kata lain, ada fase yang disebut fase intermediet sebelum terjadinya fertilisasi. Adanya fase intermediet juga terjadi pada beberapa serangga tak bersayap, dan myriapod.

Amblypygi (whip spider) memiliki 5 tahapan dalam proses perkawinan (Weygoldt 2000). Dimulai dari tahap percumbuan, ditandai dengan ritual tertentu sebagai bentuk persiapan. Pada beberapa jenis jantan dan betina melakukan ‘tarian’ unik. Tahap selanjutnya adalah pembentukan spermatophore sebagai alat transfer spermatozoa kepada betina. Individu jantan kemudian melakukan atraksi untuk menarik/memikat sang betina agar mengambil sperma dari spermatopore. Tahapan tersebut kemudian diikuti dengan proses transfer spermatozoa dari spermatophore ke tubuh individu betina. Keempat tahapan diakhiri dengan ritual pascakawin. Setiap tahapan di atas bervariasi pada tiap jenis.

Laba-laba (khususnya Araneomorphae, Entelegyne) memiliki mekanisme yang berbeda, sperma disimpan dalam pilinan benang dan selanjutnya ditransfer ke organ khusus pada ujung pedipalpi sang jantan. Proses percumbuan seringkali beresiko bagi jantan, mengingat sifat dominan individu betina. Jantan harus mampu mengenali bahwa individu betina berasal dari jenis yang sama dan siap untuk kawin. Tarian khusus dilakukan untuk menghindari pemangsaan oleh betina. Ritual percumbuan sangat menentukan keberhasilan perkawinan, mengingat kesalahan sedikit dalam ritme vibrasi atau sentuhan bisa berakibat fatal bagi sang jantan.

Jika proses percumbuan berhasil, maka individu jantan dapat mentransfer spermanya ke tubuh sang betina melalui organ yang disebut epygnum yang berada pada ventral abdomen. Laba-laba menggunakan R-strategy dalam bereproduksi, artinya menghasilkan banyak anak. Jumlah telur yang dihasilkan bervariasi, betina dapat menghasilkan ribuan telur. Adelocosa anops (Lycosidae) dari beberapa gua di Hawaii hanya menghasilkan 15-30 butir telur (Kendall & Reyer 2006), meskipun pada lycosid epygean setidaknya menghasilkan 100 butir telur. Mengingat tingkat reproduksi yang rendah dan tekanan kerusakan habitat, jenis troglobit tersebut telah masuk list endangered.

Telur laba-laba disimpan dalam kantong, yang memiliki fungsi utama untuk melindungi telur dan menjaga kelembaban agar tetap stabil. Induk betina memiliki mekanisme berbeda-beda dalam menjaga telur, antara lain dengan menyimpan dalam sarang, membawanya dengan chelicera, atau menempelkan pada ventral menggunakan benang. Betina pada beberapa jenis mati setelah bertelur.

Beberapa jenis laba-laba dan arachnid lainnya memiliki perhatian khusus pada anak-anak mereka. Bentuk perhatian tersebut misalnya dengan menggendong di bagian dorsal abdomen, atau dengan cara memberikan makanan selama bayi-bayi masih lemah.


Foto: kantung telur

3 komentar:

  1. keren mas.......................

    BalasHapus
  2. Mau tanya saya punya laba laba nih saya pelihara tiba" mati baru saya cek ternyata laba laba saya bertelur, apa itu penyebab laba laba saya mati? Mohon dijawab

    BalasHapus