Senin, 05 April 2010

Arachnofauna di gua-gua kawasan Menoreh

Laba-laba dan kerabatnya mampu bertahan dalam berbagai habitat. Bahkan di lingkungan yang ekstim seperti gua. Karakteristik lingkungan gua antara lain: tidak adanya cahaya, kelembaban yang sangat tinggi, gas karbondioksida yang berlimbah, dan radiasi gas rhadon (Howarth 1993). Dengan kondisi demikian, maka hewan-hewan gua (dan habitat subterran lainnya) memiliki mekanisme adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku. Belum lagi dengan adanya keterbatasan nutrisi, hewan gua harus mengefektifkan metabolisme tubuh. Pada organisme dengan level adaptasi tinggi (cave obligat organism), sebagian besar energi dialokasikan untuk berkembangbiak sebagai bentuk menjaga eksistensi spesies.

Kiranya masih terlalu dini untuk banyak berbicara tentang biospeleologi di Indonesia, karena saat ini tantangan terbesar justru masih pada eksplorasi fauna gua dan memecahkan berbagai kendala taksonomis yang ada. Karena faktanya banyak jenis-jenis hewan gua belum teridentifikasi atau bahkan belum dideskripsi. Pengumpulan data mengenai Arachnida sebagai salah satu penyusun keanekaragaman fauna gua, masih menjadi tantangan besar untuk saat ini. Arachnid gua merupakan komponen penting dalam ekosistem gua mengingat perannya sebagai predator.

Kawasan karst sempit di Menoreh (Kawasan karst Jonggrangan) ternyata memiliki keanekaragaman jenis-jenis Arachnida yang tinggi. Berikut ini adalah sedikit informasi atau catatan awal mengenai jenis-jenis arachnid yang sering dijumpai di beberapa gua di Menoreh:
1. Amblypygi (Stygophrynus dammermani). Kalacemeti yang satu ini termasuk dalam Famili Charontidae. Ukuran tubuhnya relatif lebih kecil daripada kerabat dekatnya, Charon grayi, jenis dari kawasan Gunung Sewu. Ciri utama untuk membedakan dengan Charon adalah spina dorsal pada tibia pedipalpi berjumlah 3 (pada Charon berjumlah 2). Kalacemeti sangat umum dan sering dijumpai pada dinding gua, atau di tanah dekat dengan guano. Mangsa utamanya mungkin jangkrik gua dan serangga kecil lainnya.
2. Uropygi (Theliphonidae?). Nama daerahnya adalah kalacuka, mungkin karena hewan ini mengeluarkan zat yang berbau mirip cuka jika merasa terganggu. Meskipun relatif jarang ditemukan, hewan ini kadang dapat dijumpai di sekitar mulut gua sampai zona peralihan. Meskipun pernah ditemukan juga sampai zona dalam.
3. Opiliones. Hewan ini cukup mudah ditemukan, namun karena ukuran tubuhnya relatif kecil (tubuh berukuran kurang dari 1 cm), maka kebanyakan orang kurang memperhatikannya. Biasanya mereka merayap pada dinding gua dan bersembunyi di lubang jika diganggu
4. Laba-laba Sparassidae (Marga Heteropoda). Ini adalah jenis dengan ukuran yang besar yang umum dijumpai di gua-gua kawasan Menoreh. Terkadang tubuh dan bentangan tungkai-tungkainya hampir seukuran telapak tangan orang dewasa. Mereka menghabiskan waktu dengan berdiam, menunggu mangsa yang bergerak mendekat, jangkrik gua adalah menu utama. Laba-laba betina membawa kantong telur yang berukuran lebih besar daripada tubuhnya di bagian ventral tubuhnya.
5. Laba-laba lainnya, nampak seperti pholcid, membangun sarang mereka yang tidak beraturan pada celah-celah batuan atau sudut-sudut dinding gua. Satu individu jenis ini sering bersarang bertetangga dengan individu lainnya, menyerupai sebuah perkampungan kecil laba-laba.
6. Dan ‘the most interesting’, adalah satu jenis lagi laba-laba yang kemungkinan buta. Ini berdasarkan ditemukannya reduksi ekstrim pada ke delapan mata mereka hingga menyisakan spot-spot kecil berwarna putih. Sejak ditemukan akhir tahun 2008, populasi jenis ini hanya ditemukan di 3 gua, dan survei ke gua-gua lainnya masih terus dilakukan. Mereka mungkin memiliki habitat yang spesifik; dan dari beberapa catatan penemuan, laba-laba ini terbatas di lorong-lorong terdalam, dekat dengan genangan air atau aliran sungai kecil. Beberapa individu berbagi habitat dengan jenis-jenis troglomorphic seperti Isopoda, millipedes, dan Nocticolidae. Sambil menunggu proses deskripsi, mungkin tidak berlebihan jika kita sebut jenis ini sebagai kandidat baru untuk dimasukkan dalam list troglobit di Indonesia khususnya Jawa.

Tulisan di atas sebatas informasi yang masih sangat dangkal mengenai Arachnida gua, sedangkal pengetahuan penulis. Dan tentunya kita semua berharap bahwa arachnologi di Indonesia semakin membumi hingga menyentuh masyarakat luas. Dan semoga tulisan ini dapat diterima sebagai kontribusi kecil dalam memasyarakatkan laba-laba beserta kerabatnya.

*Foto narsis edition: Temonggo bersama adik2 Matalabiogama F. Biologi UGM (Agus ‘Kremi’, Azis ‘Temon’, Hanifah ‘Cempreng’, dan Umi ‘Syumbai’) saat mengunjungi salah satu gua di Menoreh. Thanks for togetherness.

3 komentar:

  1. Hweee...Great!!keren ms...lanjutkan..hehe..bisa nmbah ilmu mtl's caving team&lainnya...syiippp^-^

    BalasHapus
  2. Mas, Sidiq, kalau mau identifikasi Arachnidae bisa lewat foto tidak mas? Saya sedang iden beberapa foto Arachnida yang ada di Goa Sriti, Menoreh... Tapi tak punya referensi-nya

    BalasHapus